JANGAN ITU SAYUR
Coffee Break siang tadi membuatku sedikit tergelitik. Entah kenapa saat kubuka kotak kue yang muncul kue lumpur yang terlihat cantik dan menarik. Warnanya yang menggoda dengan kismis di tengah membuatku cepat - cepat ingin menyantapnya. Namun sesaat kupandangi dia. Kutaruh di atas cup kopi yang panas. Kulihat sambil tersenyum sendiri, dan bertanya dalam hati, kenapa namanya lumpur ya? Lumpur kok tidak seperti lumpur, atau juga lumpur kok tidak berlumpur? Pasti pembuat pertamanya punya alasan mengapa memberi nama kue lumpur.
Semakin kurenungkan, semakin membuatku teringat hal - hal seperti ini yang pernah aku dengar, misalnya bika Ambon kok dari Medan, terus ada iklan ini teh susu, susu kok teh (ada kesalahpahaman di situ). Mungkin masih banyak lagi yang orang lain pernah jumpai. Bahkan dijadikan obrolan sekedarnya oleh anak - anak. Entah siapa yang memulai, yang jelas kata - kata ini menjadi obrolan yang menarik.
Tiba - tiba saya teringat beberapa tahun silam, saat ada tamu dari Jakarta yang berkunjung di rumah nenek buyutku. Mereka saudara jauh nenek buyut yang ingin mencari keluarga yang lama tidak dijumpainya. Cucu saudara nenek buyut, sebut saja Si Lanang, sama sekali tidak bisa berbahasa Jawa. Sehingga kalau berkomunikasi sering tidak nyambung dengan buyut. Demikian juga kalau mau melakukan sesuatu atau makan, dia bingung apa yang akan dia katakan. Itulah mengapa dia hanya diam saja selama di rumah buyut.
Hingga pada suatu pagi, waktu sarapan, kelucuan terjadi di tempat makan. Buyut masak bermacam - macam masakan baik sayur maupun lauk. Semua makan dengan lahapnya. Masakan buyut memang lezat khas desa. Pada saat semua makan Si Lanang hanya mengambil nasi dan lauknya saja. Kadang sesaat dia melirik sayur rebung dan blendi tewel (nangka muda). Tapi dia tidak mengambilnya, hanya dilihat sesaat terus melanjutkan makan lagi. Sampai makanpun selesai.
Setelah makan berakhir mereka pindah di halaman belakang rumah. Mereka bincang - bincang seru sekali. Maklum sudah puluhan tahun tidak bersua. Tak lama berselang Si Lanang masuk ke dapur lagi untuk meminta secangkir kopi. Dia duduk menanti kopi di tempat makan tadi. Tiba - tiba dia bertanya padaku, "Kenapa sayur ini tidak boleh dimakan?" "Sayur apa?" Jawabku. "Rebung dan nangka muda" lanjutnya. Aku terdiam sesaat. Kulihat raut wajahnya yang penuh keheranan. Kutanya lagi dia, "Lha kata siapa ndak boleh dimakan, kan semua makan sayur itu tadi." "Nenek buyut." sahutnya. "Nenek buyut sambil menghidangkan bilang ini jangan dimakan." lanjutnya. Sontak aku terpingkal - pingkal melihatnya. "Lanang - lanang", sebutku. "Maksud nenek, jangan itu sayur, ini sayur dimakan, itu maksudnya." Kujelaskan padanya maksud nenek. Dia cengar cengir sambil garuk kepala. Dia nampak puas mendengarnya. Tak disangka Si Lanang langsung mengambil piring dan makan lagi dengan sayur rebung dan nangka muda. Sambil masih ketawa kutinggalkan dia makan.
Hal - hal semacam itu mungkin sering terjadi dalam hidup kita, namun kadang kita tidak menyadarinya. Salah arti atau ketidakpahaman bisa membuat orang lain bingung bahkan tertawa. Benar kata pepatah, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Perbedaan memberikan pengalaman yang indah.
Ling 2022
Temu kangen yang indah 👍
ReplyDeleteIya Bapak, setiap ketemu pingin ketawa
ReplyDeleteHaha.. Coba minta "gedhang" ke orang Sunda, lihat nanti yang dikasihkan apa.. 🤭
ReplyDeleteO gitu ya Bu
ReplyDelete