RESUME KEDUA PULUH PELATIHAN BELAJAR MENULIS
GELOMBANG 25
Sebagai penulis, tentunya kita ingin sekali jika buku kita bisa diterbitkan oleh Penerbit Mayor dengan berbagai keunggulannya. Untuk itu, tentu saja kita harus mengetahui seluk beluk atau kriteria agar buku kita bisa diterbitkan di Penerbit Mayor tersebut. Demikian Ibu moderator pertemuan kedua puluh ini memberi semangat para peserta latihan menulis. Ibu Roesminiyati, moderator keren kita akan mendampingi Bapak Narasumber Edi S. Mulyanta, S.SI, M.T. yang akan menyampaikan tema Menguak Dapur Penerbit Mayor.
Siapakah Bapak Edi S. Mulyanta, S.SI, M.T? Beliau seorang dosen, dosen penguji, staff Litbang, Founder Buku Digital, penulis buku dan pengelola penerbitan buku yang mempunyai segudang pengalaman dan hasil karyanya. Untuk lebih kenal dengan beliau silakan kunjungi laman berikut ini, Edi S. Mulyanta, S.SI, M.T.
Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan.
Sebagai calon penulis harus memahami hal ini, karena atmosfir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, karena posisi penulis menjadi semakin strategis dalam industri penerbitan.
Undang - undang penerbitan dan Peraturan pemerintah tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas terbitan bukunya, akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.
Dampak Pandemi Covid bagi Penerbit Mayor
- Penerbitan mengalamai paceklik di tahun 2020 - 2021, karena adanya WFO dan Belajar Daring
- Angka penjualan yang turun hingga 90%, dimana toko buku sebagai outlet utama kami banyak yang tutup, meski naskah masih stabil
- Produksi buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa depan penerbitan di Indonesia secara umum.
Harapan Baru Penerbit Mayor
- Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik (rebound) pasar buku yang lesu tampaknya sudah mulai terasa mulai awal tahun 2022 ini, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten mempertahankan produksi bukunya.
- Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Nah para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap mempertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan jaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besa untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar.
Tema - tema Buku Andalan Kedepan
- Tema yang berkaitan dengan kurikulum baru Merdeka Belajar
- Tema buku non teks, seperti buku Anak, Buku Motivasi dan Agama, Fiksi, hingga buku Masak
Yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta pembiayaan produksi buku yang cukup besar mulainya dalam sebuah proyek terbitan satu judul buku. Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai.
Latar Belakang Munculnya Penerbit Indie/Skema Lain
- Banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat terbit.
- Banyaknya buku yang ditolak penerbit
- Penulis membiayai sendiri buku yang diterbitkan, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll.
Dampak Maraknya Penerbit Indie
- Langkanya nomor ISBN di perpustakaan nasional.
- Geger ISBN pun menjadikan permasalah literasi di Indonesia menjadi sorotan dunia.
- Nomor ISBN sulit untuk didapat karena keinginan penulis hanya untuk naik pangkat
Mengatasi Kelangkaan ISBN
- Saat ini konsep penerbitan buku oleh pemerintah dicoba untuk kembali sesuai dengan Undang-undang perbukuan 2017, dimana terbitan buku harus tersebar luas di masyarakat.
- Perpustakaan nasional akhirnya memberikan kebijakan baru untuk membuat sub nomor untuk menghemat ISBN yang telah dijatah oleh ISBN Internasional
Manfaat ISBN
Struktur utama ISBN, pada publication element menunjukkan jumlah produksi buku yang telah diterbitkan untuk mengetahu jumlah rata-rata produksi buku sebuah penerbit.
Peraturan Pemerintah Terkait Penerbitan Buku Terbaru
- Buku dengan Omzet terbesar adalah buku teks pelajaran utama, karena pasarnya sangat besar seluruh sekolah di Indonesia.
- Buku ini melalui proses seleksi dari pemerintah yang cukup ketat. Semua penerbit mempunyai peluang yang sama, akan tetapi penerbit yang misi dan visinya di buku pelajaran biasanya yang lebih siap.
- Buku teks pendamping atau modul biasanya mempunya pasar yang lebih kecil, akan tetapi sangat fleksibel pola pemasarannya. Tidak mustahil buku ini juga mempunyai omzet yang cukup besar juga disalurkan di proyek-proyek pemerintah.
- Buku umum pasarnya paling kecil, karena outlet utama adalah di toko buku baik toko buku modern maupun tradisional.
- Penerbit mayor mempunyai saluran pemasaran yang cukup banyak, atau disebut omni channel marketing sehingga selama pandemi bisa berkelit di saat yang sulit.
Kesimpulan Narasumber
- Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.
- Apa boleh satu buku diterbitkan di indie trus ke mayor; Pada dasarnya sebuah terbitan hanya boleh di dalam satu penerbit saja. Karena hak cipta ada di penulis, maka penulis dapat menerbitkan edisi selanjutnya ke penerbit lain dengan mencabut hak terbit penerbit pertama disebut pula mengalihkan hak terbit.
- Kriteria buku diterbitkan di penerbit mayor; Novel adalah genre yang laku di toko buku dan proyek pemerintah. Nah novel yang bisa lolos di penerbit memang harus mempunyai tema yang kuat, ada unsur pendidikan, lokalitas daerah juga menarik bu. Sebagai contoh Laskar Pelangi itu mengangkat lokalitas daerah. Negeri Lima Menara mengangkat dunia pesantren, dan genre humor karya Raditya Dika.
- Penulis pemula mempunyai peluang yang besar untuk terbit jika memang unik materinya.
- Bagaimana prosesnya daftar cetak buku dan pembiayaan serta benefitnya apa; Mencetak buku, hanya akan memproduksi buku saja tanpa proses editing, setting, dan desain cover. Karena hal ini dilakukan oleh penulis sendiri. Menerbitkan buku, artinya menyerahkan naskah untuk diproses menjadi buku. Ada proses editing, setting perwajahan buku dalam, perwajahan buku luar (cover) dan back cover. Untuk naskah reguler, pembiayaan dilakukan oleh penerbitnya, dengan terlebih dahulu melakukan kajian bisnis sebuah buku apakah menguntungkan atau tidak. Karena cukup ketatnya kajian bisnis sebuah buku, sehingga banyak buku yang tidak mampu dijual oleh penerbitnya, sehingga diputuskan untuk dikembalikan ke penulisnya. Jumlah cetak saat ini minimal adalah 300 eksemplar, untuk mengantisipasi UU perbukuan 2017 yang mensyaratkan terbitan harus tersebar luas di masyarakat. Hal ini menjadi syarat untuk dapat mengeluarkan ISBN dari perpusnas. Jumlah cetak 300 eksemplar digunakan kemdigbud untuk memberikan hibah penulisan buku ajar untuk dosen. Kisaran hibah buku adalah 15jt-25 juta untuk produksi buku 300 eksempar, ukuran UNESCO (16x23 cm), font 12 point, 1 spasi. Benefit dari penerbitan buku adalah sperti yang dijelaskan di muka yaitu angka kredit, reputasi penulis, dan royalty bagi penulis
- Syarat utama naskah diterima di penerbit mayor adalah otentik, mengikuti kaidah buku ajar (untuk buku pelajaran), mengikuti trend ( dapat ditelusur google trend https://trends.google.com/trends/?geo=ID).
- Kekurangan penerbit mayor adalah jumlah judul, jumlah produksinya yang besar, serta saluran pemasaran yang beragam sehingga proses cukup lama dan rumit.
- Naskah harus berani diusulkan ke penerbit, gandeng penulis-penulis senior yang ada di group ini. Sudah 25 angkatan, sehingga tidak ada salahnya bapak ibu bersilaturahmi dengan teman-teman angkatan sebelumnya.
- Buku yang trend nya tidak surut adalah buku Fiksi (novel) dan buku anak, Buku tema Anak sangat menarik untuk diterbitkan, sayang pembuatannya rumit dan membutuhkan kemampuan illustrasi yang banyak. Berani menulis Fiksi dengan muatan lokal, sayang tidak semua penulis piawai merangkai kata-kata fiktif dalam sebuah cerita.
- Yang dilakukan penulis dan penerbit buku di masa sulit; Penerbit mengalihkan jualannya ke jualan online, sehingga banyak market place yang kami gunakan untuk menyalurkan produksi buku yang sudah tercetak. Saluran pemerintah masih cukup kuat untuk menopang cash flow penerbit. Tentunya penerbit yang mempunyai modal judul buku yang banyak, lebih mudah bertahan. Kami mempunyai sekitar 50rb judul terbit sehingga lebih leluasa memilih atau meramu judul buku untuk proyek pemerintah.
- Jika pihak percetakan beralih ke media digital; Pemasaran buku digital sangat berbeda dengan buku fisik. Contohnya di www.pbuandi.com ini adalah model katalog sederhana pemasaran buku digital. Sayang masih banyak pembaca yang belum familiar dengan transaksi buku digital http://bukudigital.my.id/
- Pengganti ISBN agar karya kita diakui; ada nomor pengganti isbn yang disebut dengan GGKEY yang dikeluarkan oleh Google, sayang nomor ini belum diakui untuk mendongkrak angka kredit. GGKEY hanya berurusan dengan identifikasi buku yang akan dijual menggunakan platform GOOGLE.
- Penerbit melaporkan deskripsi buku ke ISBN Internasional/pusat; Betul bapak, ISBN buku kita selalu dilaporkan secara internasional sehingga terpantau oleh pusat ISBN di Inggris. Tidak adan sebuah buku yang sama ISBN nya. . karena nomornya unik seperti sidik jari atau IP Addres internet.. kelemahannya yaitu bisa habis jatah nomornya
- Lama proses penomoran ISBN; Proses standar Perputakaan Nasional adalah 3 hari kerja, pada praktiknya bisa lebih cepat dari standar tersebut, terkadang bisa lama untuk penerbit-penerbit minor atau indi karena ada beberapa persyaratan penyebarluasan yang harus diikuti.
- Trik yang paling mujarab memang Content is the king sehingga secara organik buku tersebut akan mandiri jualan sendiri. Tapi memang seribu satu buku tersebut. Untuk mendongkrak penjualan biasanya penulis dapat menggunakan jurus klise ATM - Amati Tiru Modifikas dari buku-buku Best Seller Terus rajin menulis berbarengan, supaya nama kita bisa nyangkut di Google, sehingga penerbit dapat meliriknya saat googling, karena googling jejak digital calon penulis biasanya dilakukan oleh penerbit termasuk kami. Trik gampang .. nama bapak ibu coba di google.. apakah menarik indeks google atau tidak.. itulah jejak digital bapak ibu.
- Untuk lolos penerbit mayor syarat halamannya; Menurut aturan UNESCO, ketebalan halaman sebuah buku adalah 40 halaman. Akan tetapi penerbit tidak menggunakan acuan tersebut, banyak buku anak 12 halaman yang laku. Buku 1000 halaman juga bisa laku jika memang sangat dibutuhkan pembaca. Buku Farmakope jumlah halamannya lebih dari 1000 akan tetapi banyak dicari oleh pembacanya yaitu dokter, ahli obat, farmasi, rumah sakit, perawat dll.
Penutup Narasumber
Dari pernyataan Ibu Een, bersyukur dengan adanya pandemi, seandainya tidak ada pandemi maka pembelajaran tatap muka tetap berlangsung dan teknologi tidak berkembang pesat seperti sekarang mengalahkan literasi manual bagi penulis pemula untuk memiliki buku sendiri atau solo pasti masih susah untuk menerbitkannya karena para penerbit masih banyak orderan.
Seandainya sejak dahulu para penerbit menjemput bola tentu kami punya koleksi buku yg lumayan banyak.
Bapak Narasumber menyampaikan; setuju sekali, Pandemi membawa berkah penetrasi teknologi lebih cepat terjadi, sehingga kita bisa tergagap dan tergopoh-gopoh menyongsongnya daripada terkaget ternyata kita tertinggal jauh.
Pandemi tampak seperti ruang gelap tidak ada celah, akan tetapi jika kita menengadah ke atas, ternyata masih ada setitik cahaya yang dapat kita gunakan untuk penunjuk arah. Penerbit-penerbit saat ini masih berjuang untuk hidup, sehingga calon-calon penulis tidak perlu gundah karena tulisan bapak ibu pasti akan berlabuh .. .jika kita tekun dan tabah melihat cahaya petunjuk tersebut.. salam hormat dan sehat selalu.
Ling 2022
Blog kak linggar bisa jadi referensi kalau materi kami hilang di grup.. Komplit
ReplyDeleteWaduh lha itu gimana ya?😁
ReplyDelete