Wednesday, June 8, 2022

MENULIS CERITA FIKSI ITU MUDAH

RESUME KESEPULUH PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI 
GELOMBANG 25


Hidup memang tak seindah dongeng Cinderella, namun kita bisa membuat mimpi indah dalam hidup. Mimpi indah yang ingin kita buat. Mimpi yang ingin kita tuangkan di sini malam ini, dalam sebuah cerita fiksi yang menarik. Bersama narasumber yang hebat Bapak Sudomo, S. Pt, yang akan membimbing bagaimana menulis fiksi itu jadi indah dan mudah. Didampingi Bapak Moderator yang tak kalah hebat Bapak Sigid PN, Bapak yang memberi comment dukungan pertamaku di sini (terima kasih Bapak).

Narasumber pertemuan kesepuluh malam ini adalah Bapak Sudomo, S. Pt. Berikut cuplikan profil beliau.



Malam ini materi diawali dengan tantangan - tantangan menulis fiksi. Tantangan tersebut diberikan bertahap sesuai dengan tahapan menulis sebuah cerita fiksi. 

1. Mulai dari Diri
Di tahap ini peserta diberi tantangan menulis fiksi versi para peserta sendiri. Seperti di awal pertemuan pelatihan menulis, dikatakan bahwa yang utaman dalam menulis itu adalah niat diri untuk menulis. Tulis sesuka hati dan apa yang disukai. Tida perlu meikirkan apakan tulisan itu nanti baik atau buruk, disukai atau tidak. Nikmatilah alur menulis sehingga dapat berkomitmen untuk menyelesaikan tulisannya.

2. Eksplorasi Konsep


3. Ruang Kolaborasi
Dalam cerita fiksi ada beberapa unsur yang terdapat di dalamnya. Unsur - unsur tersebut; tema, penokohan, alur/plot, sudut pandang, dan latar/setting. 

4. Demonstrasi Kontekstual
Dalam cerita fiksi yang tak kalah pentingnya adanya premis. Premis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) yaitu kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan di dalam logika. Untuk membuat premis buku fiksi terdapat acuan rumus yang dapat digunakan yaitu “premis=karakter utama+tujuan+halangan”. Semakin banyak halangan yang diciptakan dalam premis tersebut maka memungkinkan cerita yang panjang pula. Contoh premis Harry Potter; Seorang anak laki-laki yatim piatu yang ingin membalas dendam kematian orang tuanya dengan melawan penyihir jahat.

5. Elaborasi Pemahaman
  1. Alasan harus menulis cerita fiksi selain saat ini ada AKM dengan materi teks literasi fiksi, juga dengan belajar menulis cerita fiksi kita bisa menyembunyikan dan menyembuhkan luka.
  2. Bentuk cerita fiksi di antaranya, yaitu fiksimini, flash fiction, pentigraf, cerpen, dan novel.
  3. Unsur pembangun cerita fiksi meliputi tema, premis, penokohan, latar/setting, sudut pandang, dan alur/plot.
  4. Kiat menulis fiksi yang utama adalah niat dan komitmen yang kuat untuk belajar, baca karya fiksi karya orang lain untuk menemukan berbagai gaya penulisan, ide cerita, dan teknik penulisan. Selanjutnya adalah ide dan genre cerita carilah yang disukai dan dikuasai. Berikutnya adalah membuat outline atau kerangka karangan agar cerita tidak melebar. Setelah itu adalah mulai menulis, melakukan swasunting setelah selesai menulis dan memublikasikannya.
6. Koneksi Antar Materi
Dalam cerita fiksi perlu adanya keterkaitan antar materi satu dengan lainnya. Tujuannya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh.


7. Aksi Nyata
Menuangkan ide dalam tulisan, yang dimaksudkan adalah menulis cerita fiksi sesuai dengan pengalaman penulis.

Pojok Forum

Setelah materi selesai disampaikan, seperti biasa adanya forum tanya jawab. Ada beberapa hal yang dibahas di sini.

  1. Cara efektif menemukan tema sebuah cerita adalah membacanya secara cermat. Tentukan garis besar cerita dengan menandai kejadian-kejadian penting dalam cerita. Termasuk di dalamnya adalah memahami karakter tokoh dalam cerita. 
  2. Pentingnya konsep cerita, tanpa konsep cerita yang jelas tema tidak akan berarti apa-apa. Oleh karena itu bagi calon penulis fiksi terlebih dahulu memahami konsep cerita yang akan ditulisnya. Tema rasanya lebih mudah untuk dipelajari karena bisa berasal dari diri kita sendiri atau sekitar kita.
  3. Tips dan cara menulis fiksi terasa mudah dan menyenangkan adalah dengan terus mencoba memulai menulis dan menyelesaikan tulisan. Selain itu adalah dengan cara menikmati setiap tahap penulisannya sebagai sebuah proses kreatif. Hanya dengan begitu tidak akan ada lagi keterpaksaan saat menulis. Sedikit demi sedikit akan terbiasa hingga akhirnya jatuh cinta luar biasa.
  4. Fungsi outline memang membatasi apa yang kita tulis. Namun, bukan berarti tidak boleh ada perubahan di tengah jalan. Bebas. Silakan. Hanya saja dengan outline yang sudah fiks sejak awal proses penulisan ada jaminan tulisan akan bisa diselesaikan. Berdasarkan pengalaman menulis tanpa membuat outline, karena keasyikan menulis akhirnya semua ingin ditulis di tengah proses menulis.
  5. Perbedaan jelas, bahwa fiksi berdasarkan imajinasi penulis. Meskipun berdasarkan kisah nyata atau data lapangan asli, tetap saja fiksi ada bumbu-bumbu penyedapnya.
  6. Poin penting dalam pemilihan genre adalah disukai dan dikuasai. Selanjutnya menyesuaikan dengan tren atau pasar saat ini. Berikutnya adalah menyesuaikan dengan syarat dari penerbit.
  7. Pertama tema yang up to date; kedua nama penulisnya; ketiga sesuai selera pasar; keempat ditulis dengan baik. 
  8. Syarat menulis cerpen di antaranya, yaitu mengandung unsur yang baik. Misalnya, alur/plot yang jelas. Dalam artian ada awal, tengah, dan akhir yang menarik. Membuka cerita dengan menarik, kemudian mengembangkan konflik dengan baik, dan menutup cerita dengan baik.
  9. Setiap penulis memiliki gaya penulisan yang berbeda. Tema sama akan menjadi tulisan berbeda dari yang lainnya.
  10. Dalam hal ini fiksi tidak terbatas. Teori IPA bisa saja menjadi dasar penulisan. Tugasnya penulis fiksi adalah menjadikan hal tersebut menjadi pemicu bagi pembaca untuk mencari tahu lebih lanjut tentang kebenaran yang sesungguhnya. Itu hakikat cerita fiksi yang sesungguhnya.
Forum semakin menarik, namun waktu sudah beranjak malam. Bapak Sudomo, S. Pt mengakhiri pertemuan dengan semangat "belajar terus akan menjadikan kita seterusnya sebagai pembelajar". 

Dengan diiringi ucapan terima kasih dari Bapak Moderator Sigid. PN, serta dukungan semangat buat peserta, beliau menutup pertemuan kesepuluh. Tak lupa do'a penutup diakhir pertemuan.

"Goreskan tintamu, tuangkan idemu dan buatlah perjalanan hidupmu menjadi kenangan sepanjang masa bagi orang - orang tercintamu"

Blitar,

Linggar Lestari










11 comments: