PEMBIASAAN SISWAKU BERBICARA SANTUN
Sebagai seorang pendidik terutama saat sekarang, saat dimana teknologi berkembang cepat dengan pengaruh positif maupun negatif, langsung atau tidak mempengaruhi pola perilaku remaja. Sedih rasanya ketika saat ada orang yang mengatakan, "Anak sekarang tidak tahu bicara santun dengan orang yang lebih tua." (ora iso boso dalam Bahasa Jawanya). Terlebih apabila itu siswa - siswa ku. Memang tidak semua, namun kebanyakan terjadi seperti itu.
Mengapa mereka terlihat tidak bisa berbicara santun pada yang lebih tua? Mungkin mereka tidak tahu atau mungkin mereka tidak biasa. Ketika kutanya pada beberapa siswa yang kebetulan kukenal, ada yang menjawab biasa berbicara Bahasa Jawa Ngoko di rumah dan ada yang biasa Bahasa Santun juga. Memang kita hidup di desa, tempat hal - hal seperti itu masih menjadi patokan tingkah laku seseorang, terutama anak - anak. Para warga biasanya langsung melihat latar belakang anak yang seperti ini. Siapa keluarganya, dari mana asalnya, siapa temannya dan di mana sekolahnya.
Tidak bisa dipungkiri memang, beberapa anak sekarang tidak paham berbicara santun (terutama Bahasa Jawa Kromo), berbicara kasar dan terkesan keras meski pada yang lebih tua. Hal ini sering saya temui di tempatku. Kebiasaan hidup di lingkungan mereka sangat mempengaruhi. Keseharian mereka bersama keluarga, teman dan lingkungan bergaul membawa dampak pada mereka. Meski seperti itu, anak - anak masih berusaha berbicara sopan dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Namun sekali lagi, saya dan siswa - siswa saya tinggal di desa di Jawa Timur. Belajar berbicara Bahasa Jawa santun sangat diperlukan.
Sejak menjadi guru di sekolahku, saya selalu berusaha menggunakan bahasa yang lebih sopan pada para siswa, baik yang saya kenal maupun tidak. Saya selalu berkomunikasi dengan Bahasa Jawa Kromo meski bukan kromo inggil. Kubiasakan dari diri sendiri, dari hal - hal kecil, dari pembicaraan sehari - hari dan bahkan dari chat kami di whatsapp. Pembiasaan saya selalu menganggukkan kepala, menyapa dan tersenyum membuat merekapun melakukan hal yang sama. Anak - anak ternyata lebih menyukai bahasa halus juga. Kita tidak perlu berbicara keras bahkan membentak untuk berkomunikasi sehari - hari.
Saya memang dekat dengan murid - murid. Berkumpul, ngobrol dan belajar sehari - hari, namun tak lupa selalu kubiasakan berbicara sopan dan halus. Kita lakukan bagaimana sikap dengan orang yang lebih tua dan juga teman - temannya. Tak pernah segan saya memulai menyapa, untuk membiasakan budaya sapa terhadap orang yang ditemui. Dengan menyapa mereka akan punya rasa saling peduli. Demikian juga saat berkomunikasi dengan Whatsapp, saya membiasakan berbahasa Jawa Sopan, seperti; "Nggih Mas/Mbak kados pundi?" "Ada yang saget kulo bantu?", ataupun saat tatap muka.
Pembiasaan berbicara santun yang saya lakukan langsung atau tidak membuat siswa berbicara santun juga. Walaupun bercanda, mereka tahu batas - batas kesantunannya. Saya selalu berfikir hal mudah untuk mengajari mereka berbicara santun, harus dimulai dari saya sendiri yang membiasakannya. Meski saya tidak bisa membiasakan pada semua siswa, namun setidaknya saya sudah berusaha pada siswa yang pernah bersapa dengan saya.
Linggar 2022
No comments:
Post a Comment