PERJUANGAN DI RUANG HEMODIALISA
Kuputar kembali hidupku satu tahun lalu, seakan belum mau pergi dariku. Kehidupan yang membawaku dalam perjalanan yang tak kan terlupakan. Perjalanan yang mau tak mau harus kulalui. Perjalanan yang hampir membuatku putus asa, membuatku merasa berat dan lelah. Hampir semua ritme hidupku berubah, seiring ujian yang kuhadapi bersama keluargaku.
Sore itu tiba - tiba Tuhan memberi ujian yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Orang tuaku mendadak tidak bisa berdiri dari sholatnya. Setelah kubawa ke rumah sakit, dokter membacakan hasil labnya harus segera cuci darah. Kemudian dirujuklah orang tuaku ke rumah sakit daerah rujukan. Sepanjang jalan kami hanya diam, apa yang akan kami hadapi selanjutnya. Sesampai di rumah sakit rujukan, ruang isolasi tujuan pertama sebelum cuci darah. Kebetulan saat itu pandemi covid di level merah.
Tiga hari tiga malam, kami harus menunggu di dalam mobil di parkiran. Kami menunggu jadwal cuci darah pertama di ruang isolasi hemodialisa. Saat itu sungguh, aku hanya berfikir hidupku paling berat dengan pasien gagal ginjal. Rasa kasihan pada orang tua juga rasa sedih yang luar biasa. Sedih karena kami harus menghadapi swab untuk bisa kembali ke rumah. Bukan main beban makin berat, tiga hari kami harus isolasi rumah menunggu hasil swab keluar.
Setelah tiga hari tanpa tetangga, tanpa di sapa siapapun, akhirnya hasil tespun keluar dan kami dinyatakan negatif. Kami bisa keluar untuk menunggu orang tuaku cuci darah kembali. Hingga hari keempat belas beliau diperbolehkan pulang. Sehingga cuci darah dilanjutkan dengan berangkat dari rumah.
Memasuki cuci darah keenam, paska isolasi, aku bertemu dengan teman - teman sependeritaan di ruang tunggu hemodialisa. Kami memiliki cerita yang sama, berangkat lepas Shubuh pulang setelah Dzuhur. Empat jam akan menunggu dengan sabar proses hemodialisis. Karena orang tuaku masih termasuk awal, maka kondisinya sering naik turun, sehingga harus ditunggu sampai selesai. Menunggupun tak hanya duduk sampai selesai. Pasien harus dilihat betul, diberi makanan kecil dan minuman. Dia harus dibuat senyaman mungkin jangan sampai tertidur saat awal cuci darah.
Setelah melewati beberapa kali hemodialisis, kami semua serasa keluarga besar. Kami saling bantu dan berbagi tugas. Ada yang bertugas ke bagian depo obat untuk setor dan ambil obat, ada pula yang membantu pasien yang tidak ditunggu keluarganya. Kami saling bantu memberi makanan kecil, minuman kecil bahkan sampai bila ada masalah untuk memperhatikannya. Satu minggu dua kali, Rabu dan Sabtu, menjadi hari - hari keluarga besar bagi kami.
Pejuang hemodialisis adalah orang - orang hebat dengan semangat tinggi. Bertahan hidup mereka bergantung semangatnya. Waktu demi waktu berjalannya darah dicuci seakan harapan baru bagi para pasien. Meski banyak keluhan lain saat memasuki ruang hemodialisa, namun sesampai di dalam dengan proses yang panjang, mereka terlihat masih dengan senyumnya. Pasien satu dengan yang lain saling memberi semangat, bahkan bermain tiktok sebelum proses bisa membuat mereka bahagia dengan tawa. Mereka akan pulang sehat kembali untuk beberapa hari kedepan.
Pendukung utama para pejuang ini adalah keluarga yang setia mendampingi. Kekuatan fisik dan mental diuji di sini. Banyak yang harus dikorbankan, juga diperjuangkan. Empat jam proses hemodialisis dalam dua kali seminggu bukan waktu yang singkat. Disaat - saat awal bisa membuat putus asa, ingin menyerah. Perjalanan menjadi sangat panjang dan melelahkan. Apalagi di saat pasien mengalami masalah, tiba - tiba hilang sadar, semua seakan hilang, takut dan bingung jadi satu. Kadang do'a tak cukup untuk menenangkan hati. Kamipun hanya bisa bergerombol menyaksikan sibuknya para perawat dan dokter bekerja. Saat begini, rasa diambang ada dan tiada muncul dibenak. Hanya pasrah dan saling mendukung yang meringankan. Saling dukung antara kami yang membuat semangat terpompa terus.
Apa yang aku lakukan masih beberapa hari, mereka ada yang sudah lima belas tahun, bahkan ada yang lebih. Mereka terlihat baik - baik dan sehat. Mereka pulalah yang memberi pengalaman terbaiknya untuk bertahan dalam kondisi seperti itu. Pengalaman yang tida bisa dibeli atau ditukar dengan apapun. Dengan ikhlas mereka menyemangati teman - teman seperjuangannya. Ikatan itu membuat mereka makin dekat layaknya saudara.
Hal yang tak kalah baiknya di sini adalah para petugas, perawat dan dokter yang menangani pasien. Dengan kesabaran yang luar biasa, menghadapi pasien yang tak semua mudah ditangani, juga keluarga yang kadang tidak mendampingi. Mereka harus bekerja penuh sehari - hari. Pukul 06.00 sudah harus berangkat untuk persiapan dan pulang malam untuk menyiapkan peralatan sebelum pagi lagi. Bagaimana mereka menyatu dengan kami, membantu dengan ikhlas. Hangat sapa, tutur halus dan senyum tak pernah berhenti pada kami. Rasanya ucapan terima kasih saja tidak cukup bagi kami untuk mereka.
Hampir duabelas bulan aku bersama teman - teman di ruang hemodialisa. Bak keluarga besar yang bertemu tiap waktu. Bahagia rasanya, saling berharap semua dalam keadaan sehat. Rasanya tidak ada beban berat bila diangkat bersama, meskipun hanya tenaga dan kata - kata.
Di perjalanan hampir dua belas bulan ini, kami tak hanya merasa bahagia saling berbagi. Namun juga sedih dan penuh air mata. Karena satu - persatu keluarga kami berpulang. Apalagi di saat pandemi pasien hemodialisis paling rentan kondisinya. Saat itu kami mulai berpisah. Hanya do'a yang masih menguatkan. Lewat grup whatsapp yang kita punya, kami masih saling menyapa. Hingga akhirnya orang tuaku yang harus berpulang. Berakhir sudah perjalananku di ruang hemodialisa. Namun tak akan berakhir kami keluarga untuk saling berbagi dan menyapa. Saling mendukung yang masih harus ada di sana. Kini setiap aku mengingatnya, hanya do'a terbaik buat mereka. Juga buatku dan keluargaku untuk menjaga kesehatan ginjal kami, menjaga kesehatan pola hidup kami. Dan semoga kami semua tetap dijaga dalam kesehatan.
Terima kasih teman - teman, terima kasih keluarga besar dan terima kasih para petugas medis hemodialisa yang kami pernah berbagi.
Ling 2022
bagus bunda, share pengalaman adl pengetahuan yg berharga
ReplyDeleteTerima kasih Bu Dhotul🙏
Delete